Rabu, 30 April 2008

MENGASIHI dan MENGASIHI


MENGASIHI DAN MENGASIHI

Beberapa waktu ini kita disuguhkan dengan berita-berita yang sangat memilukan dan menyayat hati. Betapa tidak demikian, seorang anak manusia harus meninggal oleh karena kelaparan... ya meninggal dengan sangat mengenaskan karena kelaparan.

Pertanyaannya adalah haruskah ia mati kelaparan? Kejadian tersebut tidak seharusnya terjadi oleh karena ia adalah seorang anak mausia. Dan ia hidup ditengah-tengah lingkungan dimana disekitarnya ada tetangga-tetangga –manusia-manusia- yang memiliki hati dan perasaan. Melihat tetangganya yang menderita kelaparan, adakah perasaan kasihan, belas kasihan atau perasaan itu sudah hilang. Atau belas kasihan itu kalah dengan perasaan ”kepentingan sendiri” atau ”kepentingan keluarga” yang juga mempunyai kebutuhan dan keperluan? Dalam keadaan seperti itu, kita dituntut untuk boleh melihat kepada sesuatu tindakan yang lebih agung dan mulia, suatu tindakan yang berani yang melebihi kepentingan diri sendiri. Suatu tindakan untuk berani berbagi dan memberkati.

Mengapa ia harus mati kelaparan? Dan, dimanakah tetangga-tetangganya? Memang, kita sendiri –keluarga kita- masih banyak keperluan dengan keadaan yang pas-pasan. Dengan kondisi keluarga seperti itu tidak mungkin rasanya bisa menolong orang lain (tetangga lain) yang menderita kelaparan. Mengasihi tidak sekedar memberi beras, uang kepada yang menderita. Sekalipun kita sendiri tidak bisa membantu secara material –memberi beras atau uang- kita masih bisa melakukan bagi sesama kita tersebut. Dengan rasa belas kasihan yang masih ada dan kepedulian terhadap sesama, kita dapat mengumpulkan dan mengajak tatangga-tatangga yang lain untuk secara bersama-sama menolong tetangga kita yang menderita. Walaupun sedikit yang dapat diberikan tiap keluarga tetapi kalau kumpulan tetangga itu banyak maka setidaknya akan terkumpul cukup untuk mengatasi kelaparan sehari tersebut. Kesusahan dan kekuatairan sehari cukup untuk sehari itu dan esok mempunyai kesusahannya dan pemecahannya sendiri. Yang penting adalah bagaimana hari itu sesama kita itu dapat makan dan tidak mati kelaparan.

Selain itu, kita yang masih peduli dan mengasihi sesama dapat melakukan tindakan –dapat berbuat bagi sesama- yaitu mencarikan donatur atau dermawan lainnya. Kita dapat menceritakan keadaan tatangga kita itu kepada orang lain dan kiranya mereka yang mendengar kesaksian kita tergerak hatinya untuk dapat menolong. Kita tidak berharap muuk-muluk dengan menceritakan tentang sasama kita itu, setidaknya ada pertolongan untuk hari itu ia dapat makan dan minum.

Ada hal lain lagi yang bisa kita buat untuk menolong sesama kita. Seribu alasan untuk kita menghindar dari tanggung jawab kita tetapi seribu satu cara untuk kita dapat menunjukkan kasih dan kepedulian kita.

Tulisan ini merupakan satu keprihatinan dan satu niat baik untuk mengajak pembaca lebih peduli dan menyatakan rasa mengasihi kepada mereka yang memerlukan sehingga sesama kita itu juga dapat menikmati kepedulian dan rasa kasih kita.
Salam, heri

Senin, 14 April 2008

Mendidik Anak Sesuai Jamannya

Mendidik Anak Sesuai Jaman.
“Kalau bapak dulu sekolah tidak seperti kamu”,
“Dulu bapak sekolah tidak malas seperti kamu”,
“ Kalau bapak/ ibu dulu……”,.
Ya.. seperti itulah yang kita sering dengarkan orang tua berkata kepada anak-anaknya.
Maksudnya sangat baik. Mereka ingin seperti dirinya dulu yang dianggapnya lebih baik dari pada sekarang ini.

Tetapi disadari atau tidak bahwa cara seperti itu tidak dibenarkan. Karena -sangat jelas- keadaannya sangat berbeda. Orang tua dulu hanya mengenal radio dan tape recorder saja dan jika mungkin ada televisi itu sebatas hitam putih dan hanya TVRI. Anak-anak sekarang dibesarkan dijaman yang ”wah.. dan wow..” meskipun tidak semua anak-anak dapat menikmati apa yang ”wah.. dan wow..” itu.
Anak-anak terbiasa dengan komputer, dengan kemajuan teknologi dunia seolah tanpa batas, anak-anak dapat mengakses game secara on line dan tanpa batasan, dengan internet dunia anak-anak bukan lagi lokal akan tetapi sudag meng-global.
Generasi anak-anak sekarang hidup dilingkungan yang menjanjikan pemenuhan akan kebutuhan; hiburan, musik dan lainnya. Mereka akan dengan sangat cepat mendapatkan apa yang mereka perlukan. Bahkan anak-anak yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman akan dikatakan terbelakang dan ketinggalan jaman.
Anak-anak jaman sekarang sudah terbiasa dengan apa yag jaman dulu dilarang dan tabu. Anak-anak sekarang akrab dengan kekerasan, pornografi / seks, bahkan anak-anak sekolah dasar sudah mengenal obat-obatan terlarang.
Kemajuan jaman sekarang menyebabkan anak-anak mempunyai pola pikir dan prilaku yang berbeda dengan jaman orde orang tua. Pertanyaannya adalah bagaimana dan apa yang dapat dilakukan oleh orang tua sekarang ini.
Pertama, yang dapat dilakukan orang tua adalah mencintai anaknya apa adanya dia. Jangan pernah menolak anak dengan berbagai bentuk. Setiap anak adalah unik oleh sebab itu jangan pernah membandingkan anak satu dengan yang lain. Hal ini akan menimbulkan luka hati pada anak –yang keadaannya kurang baik dengan yang dibandingkan-.
Sediakan waktu dengan anak-anak –ini yang kedua-. Adalah sangat penting mengerjakan PR bersama dengan anak. Menemani dan nonton bersama anak. Bermain bersama dengan anak. Kegiatan-kegiatan itu sungguh sangat menyenangkan bagi anak, dan itu menunjukkan bahwa kita memperhatikan dan mengasihi mereka. Hal ini juga akan menolong orang tua untuk mengenal dan mengetahui kebutuhan anak lebih dekat lagi.
Kenali kecerdasan mereka. Sebelum memaksakan suatu kepandaian atau ketrampilan, ketahui dulu apa kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Para ahli mengatakan bahwa ada banyak kecerdasan yang dimiliki oleh anak selain kecerdasan intelektual (otak). Ada kecerdasan Liguistic, Musical, Mathematic atau Logical, Visual, Kinesthic atau Bodily, Interpersonal dan kecerdasan Intrapersonal. Mengetahui kecerdasan anak akan sangat menolong orang tua untuk membimbing anak.
Yang penting dari semuanya adalah pujian. Jangan pernah mengejek, menghina ataupun merendahkan anak, sekalipun anak tidak seperti yang diharapkan. Hinaan, ejekan dan cemoh akan mematahkan semangat dan menghancurkannya. Sebaliknya, pujian akan membangkitkan dan membangun semangat. Ok, heri.

Jumat, 04 April 2008

Jangan Putus Asa.

Lihatlah…..

Lihatlah sekeliling kita….
Kalau kita memikirkan keadaan kita sekarang ini…
Harga BBM yang terus naik....
Harga-harga bahan pokok juga ikut naik.....
Apa lagi untuk kebutuhan lainnya... juga ikut naik... ah..
Ongkos-ongkos tidak mau ketinggalan.....
Ongkos angkutan seperti gerbong ikut lokomotif...
Biaya sekolah... katanya penyesuaian.....

Lihatlah... keadaan kita...
Semua mendesak......
Biaya sekolah..kuliah segera dilunasi.....
Kontrak dan sewa rumah/kost... harus dibayarkan....
Bayi-bayi menangis haus susu....
Anak-anak yang menangis minta ini dan itu...
Hati terasa pilu dan sedih....meneteskan air mata...
Rasanya.. tidak dapat menanggung beban hidup...
Putus asa.... sepertinya jalan sudah buntu...
Tidak menemukan.. jalan keluarnya....

Lihatlah.......
Tidak ada seorang yang peduli dengan keadaan ini....
Juga tangisan dan jeritan... tiada yang dengar.....
Tiada tangan terulur mengapai kita.......

Lihat! Lihat!
Burung yang tidak menanam dan menabur
Bernyanyi riang setiap hari....
Bunga-bunga di padang yang tidak bekerja dan memintal
Bunganya terus semerbak dan indah......
Matahari yang tiada berhenti bersinar
Memberi kehangatan dan kekuatan.
Angin nan sejuk, embun nan segar...
Siapakah yang memelihara dan menopang itu?
Bukankah Tuhan Allah yang ada dibalik alam semesta ini.

Mengapa putus asa dan hilang harap!
Burung dan bunga, IA pelihara.
Ia memberikan matahari dan udara kepada setiap orang.
Ia sangat bermurah hati.
Ia mengasihi ciptaan-Nya.
Berharaplah kepada DIA dan bersandarlah pada-Nya,
Jangan tunggu.. datang kepad-Nya sekarang.