Selasa, 25 November 2008

PEMBELAJARAN KARAKTER

Character building… character building..!! Ya.. akhir-akhir ini kita sering mendengar kalimat dan seruan ini. Pendidikan karakter atau pembentukan karakter pada akhir-akhir ini mendapat tempat dalam pembicaraan banyak orang, instansi dan perusahaan. Bahkan mendapat porsi perhatian yang lebih. Dibanyak tempat, pendidikan karakter diseminarkan dan diworkshopkan. Bukan hanya di sekolah-sekolah, akan tetapi perusahaan-perusahaan sudah mencanangkan gerakan pendidikan karakter. Sepertinya sekolah dan perusahaan berlomba untuk membentuk anggotanya menjadi manusia berkarakter.

Secara khusus, sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi dalam programnya mencantumkan dan mempromosikan pendidikan karakter dalam program sekolahnya. Memang benar bahwa pendidikan karakter anak di sekolah sangat penting dan itu sangat perlu. Akan tetapi, kalau kita lihat secara jujur, orang tua berpendapat bahwa pendidikan karakter merupakan tugas dan tanggung jawab sekolah. Orang tua berharap, sekolah akan membentuk karakter anaknya. Kalau anak-anak nakal, dan berprilaku tidak sopan maka yang salah adalah sekolah. Sekolah tidak bisa mendidik murid-muridnya. Ini merupakan salah kaprah yang pertama.

Salah kaprah kedua adalah anggapan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak. Lihat dan perhatikan seminar-seminar yang diadakan, kebanyakan bertemakan bagaimana mendidik karakter anak, membentuk karakter anak, menjadikan anak berprilaku baik dan lain-lainnya. Jarang sekali kita menemukan seminar-seminar yang bertemakan bagaimana membentuk dan mendidik karakter orang tua ataupun orang dewasa. Dalam hal ini seolah-olah hanya anaklah yang memerlukan pendidikan dan dibentuk karakternya, sedangkan orang tua atau orang dewasa tidak memerlukan hal itu. Ini merupakan satu kesalahan yang ada dalam pikiran masyarakat kita. Dan kesalahan-kesalahan ini harus diluruskan kepada hal yang benar.

Pendidikan karakter yang utama dan pertama dimulai didalam keluarga dan oleh orang tua. Di dalam keluargalah orang dewasa (orang tua) yang pertama-tama harus membentuk dan mendidik karakternya. Orang dewasa (orang tua) secara otodidak mengembangkan karakternya. Setelah itu atau secara bersamaan mendidik anak-anaknya. Seraya mendidik dan membentuk diri sendiri, orang tua juga mendidik anak-anaknya.

Bagaimana orang dewasa (orang tua) dapat mendidik dirinya dan juga sekaligus mendidik keluarganya (anak-anaknya)? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam keluarga untuk membentuk karakter keluarganya.

1. Komitmen pada prioritas.
Orang tua (orang dewasa) dapat memilih bagi dirinya sendiri dan atau keluarganya suatu karakter yang baik atau karakter yang terpuji. Terutama komitmen kepada diri sendiri untuk bertumbuh menjadi teladan dalam karakter baik. Ini adalah suatu pilihan yang dapat dipilih, ini suatu kesadaran dan bukan sesuatu yang diterima begitu saja. Dengan komitmen tersebut maka kita mengambil suatu keputusan, mengambil suatu tindakan berdasarkan komitmen yang telah dibuat. Hal-hal yang bertentangan dan semua yang kontra dengan komitmen tersebut perlu dihindari. Artinya bahwa setiap hari, ke dalam diri sendiri harus menambhakan karakter baik.
Orang tua harus berani mengambil suatu keputusan dan memutuskan untuk menjadi keluarga yang sukses menerapkan karakter.

2. Perencanaan.
Setiap orang tua perlu mengambil waktu untuk mengevaluasi kehidupan diri dan kehidupan keluarga. Kekuatan-kekuatan apa saja yang ada dalam diri sendiri maupun dalam anggota keluarga lainnya. Dan kelemahan apa yang ada. Kemudian buatlah suatu langkah maju, suatu langkah berani untuk mengatasi kelemahan dan mengembangkan kekuatan-kekuatan. Buatlah kualitas-kualitas karakter untuk mengatasi kelemahan yang ada. Jangan membiarkan suatu kelemahan menguasai keadaan, berubahlah.... Buatlah sasaran yang ingin dicapai untuk mengubah keadaan.
3. Implementasi
Komitmen, tekad dan perencanaan tidak akan membantu bila tidak ada implementasi. Justru komitmen, perencanaan tanpa implementasi, tanpa penerapan akan memperburuk keadaan saja.
Ok, salam, heri

Kamis, 03 Juli 2008

PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Pendidikan Karakter di Sekolah

Pengantar.

Seringkali kita melihat dilapangan, di jalanan maupun ditelevisi tentang perkelahian/ tawuran antar pelajar dan mendengar para mahasiswa berkelahi antar fakultas bahkan merusak sarana kampus. Bahkan demo yang dilakukan mahasiswa beberapa hari terakhir ini cenderung mengarah pada anarkis. Penyalagunaan obat-obatan terlarang mulai marak dikalangan anak-anak sekolah dan mahasiswa. Mereka bukan orang-orang yang tidak terdidik dan tidak tahu bahwa hal-hal tersebut adalah salah, justru mereka adalah orang-orang yang terpelajar dan terdidik. Tetapi mengapa mereka melakukan sesuatu yang justru diketahuinya salah?

Bidang kehidupan nyata lainnya mengungkapkan fakta yang berbeda dengan anggapan kebanyakan orang. Yaitu bahwa banyak perusahaan multinasional yang besar dan bergengsi saat ini mulai menggeser persyaratan penerimaan pegawai mereka untuk bukan lagi sekedar mengkaji kemampuan akademis para calon, akan tetapi lebih memperhatikan aspek kepribadian mereka; karakter, moral maupun keterampilan dan sikap hidup. Sering kali bidang study pada saat mereka bersekolah bukan lagi hal utama yang menentukan penyaringan dan persyaratan calon. Ada banyak lulusan sarjana teknik yang memasuki dan bekerja di teller-teller bank, banyak sarjana pertanian yang bekerja dibidang pemasaran buku, dll. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri.

Apa yang perlu diantisipasi dalam lembaga persekolahan dalam menyikapi fenomena tersebut? Kenyataan bahwa kemampuan akademis bukanlah satu-satunya yang menentukan keberhasilan seseorang dalam bidang pekerjaan dan dalam kehidupan mereka pada umumnya. Ada suatu tantangan bagi dunia pendidikan untuk menyiapkan suatu generasi yang “siap pakai” setelah mereka lulus, baik secara akademis, sikap hidup, maupun keterampilan sosial dan memiliki karakter yang terpuji. Maka muncul pemikiran bahwa pendidikan yang siap menghadapi masa depan adalah suatu pendidikan yang bersifat holistic (whole-person education), artinya selain membina kompetensi akademis, juga membangun kepercayaan diri anak, kepedulian akan sesama, berkarakter unggul, dan pada sisi lain juga terampil dalam berkomunikasi, bertindak dan membuat keputusan yang tepat pada saat yang sulit.

Mungkinkah semuanya itu diajarkan melalui pendidikan sekolah? Tentu saja bisa, asalkan kemasannya (Kurikulum) dan diprogramkan secara tepat pula. Artinya, para pendidik/guru perlu selalu ingat dan menyadari, bahwa berbeda dengan pengetahuan kognitif (informasi pengetahuan) yang dapat diajarkan dan diingat lalu dikembangkan sendiri, pendidikan sikap hidup dan ketrampilan lebih merupakan materi yang diimbaskan secara berkelanjutan melalui keteladanan, praktek-praktek karakter serta melibatkan semua guru dan orang tua secara aktif. Komunikasi dan partisipasi adalah kata-kata kunci yang merupakan penentu keberhasilan proses pembangunan karakter dan ketrampilan hidup sejak dini pada para siswa.

Kegagalan Pendidikan pada Umumnya.

Tidak dapat disangkal lagi bahwa sistem pendidikan kita sekarang ini tidak dapat menjawab permasalahan yang timbul dalam masyarakat kita. Hal ini terjadi oleh karena sistem ataupun metode dan kurikulum dalam pendidikan kita tidak memenuhi kebutuhan siswa secara menyeluruh.
Kegagalan pendidikan kita secara umum disebabkan oleh beberapa hal, a.l:

Ø 1. Pendidikan moral, akhlak atau nilai-nilai kebaikan belum sepenuhnya diajarkan. Memang benar bahwa di sekolah ada pendidikan budi pekerti atau pendidikan moral lainnya akan tetapi kenyataannya dan dalam prakteknya tidak seperti apa yang diharapkan. Pendidikan budi pekerti tersebut tidak mendapat perhatian dan penekanan yang serius, karena perhatian guru lebih terfokus pada hal lainnya. Pendidikan moral hanya sebagai pelengkap yang diajarkan secara sepintas lalu saja. Hal ini terjadi karena pendidikan moral (dianggapnya) bukan merupakan mata pelajaran utama ataupun penentu sehingga bisa diabaikan.


Ø 2. Pendidikan Agama lebih pada pengajaran doktrin dan dasar-dasar agama. Pendidikan agama yang seharusnya menjadi kunci pendidikan karakter dan moral ternyata tidak memberikan kontribusi yang cukup terhadap perkembangan karakter anak. Kalaupun ada didalamnya, hal itu disampaikan dan diajarkan lebih pada penekanan sebagai ilmu dan teori saja. Lihat saja, bagaimana anak-anak diajarkan (dipaksa) untuk menghapal begitu banyak hukum-hukum agama ataupun hapalan-hapalan lainnya.


Ø 3. Metodelogi lemah karena metode pendidikan terpusat pada pendekatan kognitif. Metode pembelajaran pendidikan kita didominan satu arah yaitu guru kepada anak didik. Hal ini tidak memberikan ruang dan waktu yang cukup kepada anak didik untuk mengembangkan kepribadiannya dan karakternya. Metodelogi ini menyebabkan anak didik hanya sebagai objek penerima saja. Sehingga anak didik sangat pasif belajar.


Ø 4. Penilaian menitik beratkan pada kognitif. Kalau kita mau jujur bahwa akar dari semuanya adalah sistem penilaian pendidikan kita yang menekankan pada segi kognitif. Hal ini diperparah lagi dengan adanya ujian nasional sebagai penentu kelulusan. Sebagai akibatnya guru akan berusaha dengan cara apapun untuk memberikan materi/ilmu sebanyak mungkin kepada siswanya tanpa melihat kemampuan siswa itu sendiri. Maka terjadilah penimbunan ilmu yang ruwet pada otak siswa sedangkan anak tersebut tidak bisa mengolah dan memilah ilmu di otaknya tersebut.
Pembelajaran sehari-hari di kelas, tidak jauh berbeda. Penilaian terhadap sisi afektif dan psikomotorik hanya dilakukan sambil lalu tanpa perhatian mendalam terhadap penyimpangan prilaku anak. Kolom-kolom afektif dan psikomotorik dalam kolom penilaian diisi apa adanya pada saat itu juga. Penilaian pembelajaran kita hanya melihat (menilai) satu sisi saja dengan mengabaikan banyak bidang lainnya.


Ø 5. Tidak ada praktek-praktek prilaku dan penerapan nilai kebaikan. Satu kelemahan lagi dalam sistem pendidikan kita adalah bahwa pendidikan moral dan budi pekerti tidak disertai dengan praktek yang cukup dan lebih. Aristotle mengatakan “Karakter itu erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan dan dilakukan”. Prilaku-prilaku dan perbuatan-perbuatan baik itu sangat penting dilakukan secara terus menerus dan konsisten untuk menimbulkan suatu kebiasaan yang mengarah pada karakter.

Bagaimana Karakter Dapat Dibentuk Dalam Diri Seseorang?


Setiap saat dalam hidupnya, seorang anak selalu diperhadapkan pada pilihan-pilihan dalam menentukan tindakan, apa yang baik atau tidak, apa yang pantas atau tabu, mana yang berguna atau tidak, dan lain sebagainya. Setiap tindakan yang dilakukannya akan sangat mungkin menentukan kesan orang tentang dirinya. Tugas guru adalah membimbing dan mengarahkan pada pilihan mana yang baik dan pantas untuk dilakukan anak, beserta penanaman pengertian tentang alasan, mengapa pilihan tersebut diambil dan apa akibatnya/resikonya bila pilihan yang sebaliknya diambil.

Apabila tindakan melakukan pilihan tersebut dilakukan secara berkelanjutan dengan terarah dan bimbingan, maka akan terbentuklah kebiasaan (habit) dalam diri anak, sehingga untuk tindakan keseharian, tanpa control eksternal dan penggarahan sekalipun, anak akan mempunyai kecenderungan akan memilih tindakan yang sesuai dengan apa yang “pantas dan baik” menurut aturan/norma lingkungannya.

Semua kebiasaan-kebiasaan baik yang terbiasa dipilih anak dan dijalaninya secara terus menerus akan melahirkan suatu sikap hidup, karakter, yaitu apa yang diyakininya benar dan pantas untuk dilakukan. Jadi karakter adalah tindakan-tindakan atau kebiasaan-kebiasaan yang secara berkelanjutan dijalani dan diarahkan untuk diikuti anak didik. Tindakan berulang-ulang akan membentuk kebiasaan, dan kebiasaan yang berkelanjutan akan membentuk karakter.

Pendidikan Karakter di Sekolah.

Memperhatikan paradigma pendidikan yang ada sekarang dan tujuan pendidikan yang sebenarnya, maka pendidikan di sekolah harus mengubah dirinya. Tanpa mengubah dirinya, sekolah hanya menghasilkan manusia pintar tanpa karakter dan ketrampilan hidup. Sedangkan sekolah merupakan institusi yang memiliki tugas penting bukan hanya untuk meningkatkan penguasaan informasi dan teknologi dari anak didik, tetapi ia juga bertugas dalam pembentukan kapasitas bertanggungjawab siswa dan kapasitas pengambilan keputusan yang bijak dalam kehidupan. Untuk itulah sekolah sangat perlu menyusun suatu model baru dalam pendidikan moral yang berujung pada pendidikan dan pembentukan karakter agar penyakit yang berada dalam masyarakat dan kegagalan masa lalu dapat diatasi.
Sekolah menyusun kurikulum yang adaptif terhadap pembentukan karakter dan ketrampilan hidup siswa. Sekolah dalam menjalankan pendidikan karakter terdapat tiga elemen yang penting untuk diperhatikan yaitu prinsip, proses dan prakteknya dalam pengajaran. Dalam menjalankan prinsip itu maka nilai-nilai yang diajarkan harus termanifestasikan/terwujudkan dalam kurikulum sehingga semua siswa dalam sekolah faham benar tentang nilai-nilai tersebut dan mampu menerjemahkannya dalam perilaku nyata. Untuk itu maka diperlukan pendekatan optimal untuk mengajarkan karakter secara efektif yang harus diterapkan di seluruh sekolah.

Dalam menjalankan kurikulum karakter maka sebaiknya perlu diperhatikan beberapa hal a.l:


1) pengajaran tentang nilai-nilai berhubungan dengan sistem sekolah secara keseluruhan. Visi dan misi sekolah sangat menentukan arah sekolah tersebut dan pendidikan karakter didalamnya.


2) diajarkan sebagai subyek mata pelajaran yang berdiri sendiri atau diintegrasikan dalam kurikulum sekolah keseluruhan. Hal ini tergantung dari sudut mana sekolah menilai kepentingan karakter dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dilapangan.


3) seluruh komunitas menyadari dan mendukung tema nilai yang diajarkan. Satu bagian saja tidak mendukung, maka hancurlah pendidikan karakter tersebut. Pendidikan karakter harus didukung dan mendapat dukungan dari semua komponen sekolah termasuk orang tua murid di rumah.


4) sebelum mengajarkan karakter, guru -sebagaimana mata pelajaran lainnya- juga harus mempunyai persiapan tersendiri. Justru karena ini membentuk karakter anak maka guru harus mempunyai persiapan yang matang sebelum mengajar. Guru harus mengetahui secara baik tentang karakter yang akan diajarkan.


Pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan secara bertahap menurut bagian-bagiannya atau menurut pembagian dari karakter. Karakter pada umumnya terbagi atas 3 kategori, yaitu:


Karakter-Karakter Dasar (Basic Characters).

Merupakan kumpulan karakter yang harus/mutlak perlu dimiliki oleh seseorang untuk dapat hidup sebagai bagian dan anggota masyarakat umum, misalnya: penuh perhatian, ketaatan, kejujuran, kerajinan, keramahan, kelemah lembutan, kateraturan, penuh rasa syukur, pemaaf.


Karakter-Karakter Indah (Beautiful Characters)
Merupakan sekumpulan karakter yang diperlukan seseorang untuk menjadi anggota masyarakat yang dihormati dan dihargai, misalnya: bertanggung jawab, penuh pengendalian diri, tulus, murah hati, bertoleransi, dll.


Karakter-Karakter Gemilang (Brilliant Characters)
Merupakan sekumpulan karakter yang membuat dan menjadikan seseorang menonjol dalamlingkungannya, dihargai sebagai pemimpin dan motivator, penggerak kelompok, misalnya: penuh inisiatif, antusias, adil, bijak, persuasive, kreatif, dll.

Sejak Sekolah Taman Kanak-Kanan, karakter-karakter dasar perlu diperkenalkan dan diajarkan untuk dijalani anak didik, meskipun belum sampai pada taraf penerapan yang sempurna. Adalah benar suatu firman yang mengatakan, ”didiklah anak muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Salam,heri, GBU.

Rabu, 04 Juni 2008

GAMBAR dan RUPA ALLAH


ALLAH MENCIPTA MANUSIA SEBAGAI GAMBAR DAN RUPA ALLAH.

Berfirmanlah Allah: ”Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas seluruh binatang melata yang merayap di bumi” (Kejadian 1:26)


Alkitab menyaksikan dan menyatakan bahwa manusia diciptakan oleh Allah.. Allah menciptakan manusia menururt gambar dan rupa Allah (Kejadian 1: 26). Kata ”gambar” dan ”rupa” tidak mempunyai perbedaan yang hakiki. Kedua kata tersebut sebenarnya menunjuk kepada hal yang sama. Hal ini ternyata dari penggunaan kedua kata tersebut yang secara bergantian, tersendiri ataupun bersamaan. Didalam beberapa bagian Alkitab, kata gambar dan rupa digunakan secara bersamaan, misalnya dalam kejadian 1:26,. Selanjutnya dalam kejadian 1:27 hanya menggunakan kata ”gambar” saja (Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakannya dia...), sedangkan dalam Kejadian 5:1 hanya menggunakan kata ruapa (... dibuatNyalah dia menurut rupa Allah) dan lain-lainnya. Sedangkan dalam Perjanjian Baru juga ditemukan tidak jauh berbeda dengan di Perjanjian Lama. Didalam I Korintus 11:7 Rasul Paulus hanya mencatat kata ”gambar” yang berdampingan dengan kata ”kemuliaan”, sedangkan dalam Kolose 3:10 hanya mencatat kata ”gambar” dan Yakubus 3:9 menulis kata ”rupa” saja.

Kita coba mencari tahu apa sih makna atau arti dari kata ”gambar” dan ”rupa” itu . Kata itu dapat disimpulkan sebagai berikut: kata ”gambar” adalah ”tselem” (bhs Ibrani); ”image” (Bhs Inggris); ”morphe” (Yunani) yang berarti suatu peta yang ada bentuk atau patronya, sedangkan arti kata ”rupa” adalah ””demuth” (bhs Ibrani); ”likeness” (bhs Inggris); ”skema” (Yunani) yang berarti suatu bentuk yang bersesuaian dengan bentuk pertamanya. (Peta &Teladan Allah; hal.24,25). Ini artinya bahwa manusia diciptakan berdasarkan, menurut ”gambar” yang sudah ada yaitu Allah. ”Pengertiannya adalah bahwa melalui penciptaan apa yang semula merupakan bentuk awal yang ada pada Allah kemudian ”dicetakkan” pada manusia. Allah adalah yang aslinya dan manusia adalah salinannya. (Teologi Sistematika 2 Doktrin Manusia; hal. 46)

Jikia demikian apa makna dan pengertian-pengertian yang terkandung dalam kata ”gambar dan rupa Allah” sebelum manusia jatuh dalam dosa (Teologi Sistematika 2 Doktrin manusia; hal 47-50)
1. Gambar dan rupa Allah, terkandung didalamnya bahwa manusia memiliki apa yang disebut dengan ”kebenaran asali”. Hal ini mencakup hal pengetahuan yang benar, kebenaran dan kesucian. Manusia mempunyai pengetahuan akan yang benar, kebenaran dan kesucian didalam dirinya.
2. Gambar dan rupa Allah mengacu pada elemen-elemen yang menjadi natur konstitusional manusia seperti kekuatan intelektual, perasaan natural dan kebebasan moral.
3. Gambar dan rupa Allah mengacu pada kerohanian manusia. Manusia bukan saja terdiri dari tubuh jasmani akan tetapi juga memiliki kerohanian yang memungkinkan manusia berhubungan dengan Allah.
4. Gambar dan rupa Allah memberi arti bahwa manusia mempunyai nilai kekal dalam kehidupannya. Kekekalan ini tidak berada didalam dirinya sendiri sebab manusia itu diciptakan. Nilai kekal itu merupakan pemberian Allah dalam penciptaan manusia.

Sebagai akibat manusia diciptakan segambar dan serupa dengan dan oleh Allah maka ada beberapa imlplikasinya, antara lain:
1. Allah adalah Tuan. Manusia dicipta oleh Tuhan Allah ini berarti bahwa manusia milik Tuhan, Tuhan yang empunya manusia. Oleh karena itu maka hidup manusia hanya diperuntukkan kepada Tuhan saja, tidak kepada yang lain. Hanya kepada Tuhan saja menusia mengabdi dan menyembah. Manusia tunduk hanya kepada Tuhan Allah.
2. Manusia merupakan gambar dan rupa Allah, ini berarti bahwa manusia dalam hidupnya harus mencerminkan, menggambarkan Allah dalam kehidupannya. Perkataan dan perbuatan manusia harus mencerminkan kemuliaan peciptanya yaitu Allah.
3. Manusia diciptakan oleh Allah dalam gambar dan rupanNya, ini berarti bahwa kemauan, kehendak dan hidup manusia harus bersesuaian dengan tujuan Allah menciptakan manusia. Bahwa Allah menjadikan manusia untuk kemuliaan-Nya (Yesaya 43:7).

Manusia merupakan mahkota ciptaan Allah (Wow...ini luar biasa) Sebagai mahkota ciptaan Allah, menusia memiliki keistimewaan-keistimewaan/kemuliaan-kemuliaan dibandingkan dengan ciptaan yang lainnya. Coba lihat, Mazmur 8:6, menyatakan ”Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat”. Kemuliaan dan kehormatan adalah dua hal yang tidak dimiliki oleh ciptaan Tuhan yang lainnya. Kemuliaan yang diberikan Allah nampak dalam hal bahwa manusia diberi kuasa untuk menguasai dan mengusahakan bumi dan segala isinya. Kemuliaan dan hormat yang dimiliki manusia nampak dalam hal bahwa manusia berada ”diatas” ciptaan Tuhan yang lainnya. Kehormatan yang diberikan kepada manusia nampak dalam hal manusia mengetahui dan memiliki kebenaran dan kesucian. Hanya manusia yang mempunyai dan mengerti martabat / harga diri. Hanya manusia yang mengerti rasa malu. Hanya manusia yang mempunyai dan mengerti nilai-nilai kehidupan. Hanya manusia yang dapat menghargai sesamanya. Hanya manusia yang mempunyai sopan santun.

Dalam dunia binatang tidak mengenal etika dan aturan. Dalam dunia kehidupan binatang tidak dikenal sopan santun. Dalam dunia binatang tidak dikenal apa yang namanya ”moral dan bermoral”. Dalam kehidupan dunia binatang tidak dikenal yang namanya belas kasihan, yang ada adalah siapa yang kuat dia yag menang dan yang lemah dia yang kalah. Namun Allah menciptakan kehidupan manusia tidaklah sama dengan dunia kehidupan binatang.

”Berfirmanlah Allah: ”Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita...." Penyataan Alkitab ini serta merta menggugurkan teori evolusi dari Darwin. Manusia ada karena diadakan oleh Allah. Manusia ada dan berada karena Allah menciptakan dan mengadakan manusia. Manusia tidak berasal dari suatu spisies lainnya. Manusia bukan merupakan perubahan bentuk dari bentuk yang ada. Manusia bukan penjelmaan dari suatu mahkluk hidup lainnya. Bahkan manusia bukan hasil dari proses perubahan dari bentuk yang mirip dengan manusia. Teori evolusi Darwin berdasarkan temuan kemiripan bentuk antara bentuk manusia dengan bentuk makhluk lainnya. Berdasarkan temuan kemiripan tersebut, diambil suatu praduga yang mengarah pada suatu teori. Tetapi proses evolusi tersebut belum dapat dan tidak dapat dinyatakan kebenarannya. Belum ada suatu bukti nyata dan akurat yang menyatakan bahwa manusia berasal dari mahkluk lainnya. Teori ini (evolusi) tidak mempunyai dasar yang cukup di atas fakta yang pasti.... sampai saat ini pun sebenarnya masih berupa hipotesa kerja yang belum terbukti kebenarannya (Teologi Sistematika 2 Doktrin Manusia; 11). Dan lebih tegas lagi dikatakan oleh Sir Arthur Keith, bahwa ”Evolusi belum dibuktikan dan sekarang ternyata tidak dapat dipertanggung jawabkan” (Evolusi atau Penciptaan; hal 117) Praduga-praduga ataupun teori-teori sekalipun mempunyai argumentasi yang baik, tidak dapat dijadikan suatu bukti bahkan praduga untuk menyatakan bahwa manusia berasal dari mahkluk jenis lainnya.

”Berfirmanlah Allah: ”Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita ......” Penyataan Alkitab tersebut dengan jelas pula menyatakan bahwa manusia berbeda dengan ciptaan Allah yang lainnya. Manusia membawa ”gambar dan rupa Allah” sedangkan ciptaan lainnya tidak demikian. Tidak dikatakan bahwa Allah menciptakan binatang atau tumbuhan menurut gambar dan rupa Allah, tidak. Binatang dan tumbuhan tidak diciptakan sebagaimana Allah menciptakan manusia. Manusia berbeda dengan tumbuh-tumbuhan. Manusia itu berbeda dengan binatang. Tumbuhan tidak mempunyai jiwa dan roh. Tumbuhan tidak bisa menyatakan ekpresinya. Tumbuhan tidak memiliki emosi. Tumbuhan hanya memiliki hidup, hidup saat itu.

Binatang tidak mempunyai roh sebagaimana manusia. Binatang hidup dan bergerak menurut naluri dan naturnya sebagai binatang. Ada binatang- binatang tertentu mempunyai emosi dan kecerdasan yang sangat terbatas tetapi itu tidak akan sama dengan manusia. Binatang tidak berkebudayaan. Binatang tidak mempunyai budaya. Binatang tidak mempunyai etika dan moral karena itu binatang tidak bermoral dan tidak beretika. Binatang tidak hidup dan bergerak berdasarkan aturan dan hukum-hukum sebagaimana manusia mempunyai hukum.

”.......supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas seluruh binatang melata yang merayap di bumi”. Allah memberikan kuasa kepada manusia untuk menguasai ciptaan Tuhan yang lainnya. Ciptaan Tuhan yang lainnya ada dibawa kuasa manusia. Atas kuasa yang diberikan oleh Tuhan maka manusia mempunyai hak untuk menguasai ciptaan Tuhan yang lainnya. ”Engkau (Tuhan) membuat dia (manusia) berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan dibawah kakinya..” (Mazmur 8:7). Namun demikian bahwa kuasa tersebut tetap dalam batasan-batasan yang telah Tuhan tetapkan. Sungguh luar biasa Tuhan menjadikan manusia. Sungguh luar biasa kuasa yang diberikan Tuhan kepada manusia.

”Berfirmanlah Allah: ”Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita ........” Penyataan Alkitab tersebut menyatakan dengan jelas perbedaan mendasar dan hakiki antara manusia dan Tuhan: Tuhan adalah pencipta manusia dan manusia adalah ciptaan Tuhan. Antara yang mencipta dan yang dicipta terdapat perbedaan yang mendasar. Perbedaan ini akan sangat nampak dalam apa yang dikatakan bahwa manusia diciptakan dari debu tanah yang ke dalamnya Allah menghenbuskan nafas hidup (Kejadian 2:7). Dapat dikatakan bahwa debu tanah mengacu pada daging, tubuh atau badan manusia. Debu tanah atau daging ini sangat terbatas, dapat rusak, lemah dan dapat musnah. Debu tanah atau daging tidak memiliki hidup di dalam dirinya sendiri, ia dapat hidup selama Tuhan Allah memberikan hidup kepadanya (Iman Kristen; hal 174).
Diantara Allah sebagai pencipta dan manusia –dan semua mahkluk- yang dicipta ada garis batas. Allah ada di atas segala mahkluk dan segala mahkluk tunduk kepadaNya (Aku Percaya; hal 59)
Yang mencipta mempunyai kuasa (berkuasa) atas apa yang diciptakan sebaliknya yang dicipta tidak mempunyai kuasa (tidak berkuasa) apapun atas penciptanya. Sang Pencipta mempunyai tujuan, kehendak atas apa yang diciptakan, sedangkan yang dicipta menjalankan apa yang menjadi tujuan dan kehendak Sang Pencipta.
Manusia tidak keluar dari Allah. Manusia bukan percikan atau bagian dari zat Allah tetapi manusia adalah ciptaan Tuhan.

Terpujilah Tuhan yang telah menjadikan manusia sebagai gambar dan rupa Allah dan yang memberi kuasa yang luar biasa. Mari kita hidup seturut dengan siapa kita ini sebenarnya.
Ok, salam, heri

Literatur:
1. Louis Berkhof, Teologi Siatematika 2 Doktrin Manusia, 1994, Lembaga Reformed Injii Indonesia.
2. Pdt. Dr. Stephen Tong, Peta Dan Teladan Allah, Lembaga Reformed Injii Indonesia.
3.Dr. Harun Hadiwijino, Iman Kristen, 1988, BPK Gunung Mulia.
4.Prof. H. Enoch, M.A., F.Z.S., Evolusi atau Penciptaan, Kalam Hidup
5.Dr. J. Verkuyl., Aku Percaya., BPK Gunung Mulia.

Minggu, 01 Juni 2008

SATU PERINGATAN SERIUS

SATU PERINGATAN SERIUS
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. (Wahyu 2:4-5)

Saudara, setiap musin hujan dan angina kencang, BMG sering mengeluarkan, menyampaikan suatu peringatan tentang pelarangan berlayar bagi beberapa pelayaran di Indonesia khususnya pelayaran rakyat. Hal ini berkenaan dengan kondisi cuaca yang buruk. Di beberapa lautan mempunyai gelombang yang cukup tinggi desertai hujan dan badai, yang mana hal ini sangat membahayakan pelayaran, cuaca ini sangat tidak aman.

Namun, -sering kita menyaksikan di televise- oleh sebagian nelayan atau beberapa pelayaran, entah karena nekat, menganggap remeh, apa karena desakan ekonomi dan kebutuhan hidup lainnya atau sebab lainnya, peringatan dari BMG tersebut diabaikan, mereka melanggar peringatan itu, mereka berlayar juga.

Apa akibatnya? Melalui televisi, surat kabar, radio dan mass media lainnya kita melihat dan membaca adanya kecelakaan laut dibeberapa tempat. Bukan hanya perahu dan kapal yang rusak serta hancur akan tetapi juga adanya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Pelanggaran dibayar dengan nyawa.

Satu peringatan tidak dapat diabaikan begitu saja. Satu peringatan, sekalipun nampaknya itu remeh tetapi tidak dapat dianggap remeh. Kita tidak dapat menyepelekan suatu peringatan.

Satu peringatan, sekalipun itu nampaknya sepele dan remeh, akan mempunyai dan membawa akibat atau konsekuensi. Memperhatikan dan mentaati peringatan akan membawa akibat baik, sebaliknya melanggar peringatan, tidak taat akan menyebabkan akibat buruk.

SATU PERINGATAN DARI TUHAN YESUS dinyatakan dalam wahyu 2:4-5,
Sangat serius, tidak dapat dipandang sebelah mata, tidak dapat dianggap remeh. Sangat serius karena disertai dengan suatu pernyataan akibat dari pelanggaran peringatan itu.
“ Jika tidak demikian” Jika tidak bertobat dan melakukan kasih semula… Ini bukan suatu ancaman tetapi menunjukkan keseriusan, kesungguhan dari peringatan itu diberikan, ini bukan peringatan main-main.

Peringatan itu bersifat urgensi, bersifat segera, mendesak. Kata “ Bertobatlah dan lakukanlah lagi” ditulis dalam bentuk aoris imperaktiv artinya satu perintah yang menuntut tindakan segera. Tidak boleh berlambat-lambat, tidak bisa titunda, segera bertindak tidak bisa ditawar lagi.
Jika tidak demikian, Tuhan akan datang dan akan mengambil kaki dian dari jemaat, apa artinya ini…………….

Ini adalah satu peringatan Tuhan Yesus kepada:
Kepada jemaat di Efesus, karena satu keadaan yang tidak diharapkan. Satu kondisi kerohanian, iman yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tidak mencapai standart kasih seperti yang Tuhan mau.

Tetapi peringatan itu juga diberikan kepada kita yang ada di tempat ini. Peringatan ini dapat bermakna dua (2) hal; 1. dapat berupa sebagai awasan, artinya pencegahan, jangan sampai kita mengalami keadaan seperti itu, 2 juga sebagai peringatan jika kita sudah mengalami seperti jemaat diefesus.

Peringatan itu bukan hanya untuk jemaat efesus maupun kita di sini, akan tetapi juga untuk semua orang Kristen yang di segala tempat dan jaman.

Mengapa Tuhan Yesus memberikan Peringatan?
Peringatan ini diberikan bukan tanpa alasan. Tuhan Yesus memberikan peringatan ini berdasarkan suatu alasan yang kuat. Suatu peringatan yang diberikan berdasarkan pengetahuan yang mendalam tentang kondisi jemaat efesus. Tuhan Yesus mengetahui dengan sebenarnya keadaan jemaat-Nya. Dikatakan bahwa Tuhan Yesus berjalan diantara kaki dian….. Juga dikatakan “ Aku tahu….” Ini menunjukan betapa Tuhan Yesus mengenal jemaat-Nya.

Tuhan Yesus memberikan peringatan kepada jemaat-Nya oleh karena mereka-jemaat-Nya telah meninggalkan kasih yang semula. Saudara, mereka tidak kehilangan tetapi meninggalkan, sekalipun demikian mereka mendapat peringatan.

Tuhan Yesus mengasihi jemaat-Nya, supaya tidak jatuh dalam dosa.

Pertanyaannya adalah: Apa itu kasih yang semula, sehingga meninggalkan saja menimbulkan satu peringatan serius dari Tuhan Yesus?

Pertama kita lihat dari arti kata “semula”:
Semula dalam bahasa Yunani = protos= yang berarti “waktu”, waktu yang menunjukkan urutan pertama, priotitas pertama, Kasih yang nomor satu.

Kasih yang semula yaitu kasih yang menempati urutan pertama. Artinya kasih kita yang pertama-tama kita tujukan kepada Tuhan Yesus.

Bandingkan dalam Yohanes 21:15. Dimana Tuhan Yesus bertanya kepada Petrus “ apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka semua ini.. Kasih kita kepada Tuhan Yesus melebihi segalanya. Firman Tuhan “ Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap akal budimu, dengan segenap kekuatanmu” Intinya adalah mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa dan raga.

Jemaat Efesus
· Jemaat Efesus tidak lagi menjadikan kasih kepada Tuhan sebagai kasih yang nomor satu, kasih kepada Tuhan Yesus bukan lagi yang utama dan terutama.
· Hal-hal lain seperti pekerjaan, relasi, bahkan pelayanan dan lain-lain telah menempati prioritas utama di dalam kehidupan jemaat Efesus. Pelayanan yang bersemangat telah memalingkan jemaat dari Kristus yang mereka layani. Semangat dan jerih lelah mereka dalam pekerjaan telah menjadikan kasih kepada Kristus mulai dingin. Nampaknya mereka lebih mementingkan pekerjaan, mereka lebih mengutamakan pelayanan dari pada Kristus itu sendiri.

Dua, arti kasih yang semula:
Kasih yang semula merupakan kasih yang menimbulkan kerinduan, keinginan untuk mengenal Allah lebih dalam lagi. Kasih yang semula itu merupakan kasih yang senantiasa mendorong jemaat untuk terus mengenal Allah lebih jauh lagi.

Hal ini dapat kita lihat dari latar belakang jemaat Efesus itu sendiri. Mereka pada mulanya adalah orang-orang kafir. Orang yang sering berganti kepercayaan, berganti dewa dan dewi. Mereka tidak tahu siapa yang mereka sembah itu.
Tetapi ketika mereka bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus, mereka terkagum-kagum. Karena Yesus yang sekarang mereka kenal sangat berbeda dengan para dewa. Sejak saat iru mereka ingin tahu lebih dalam lagi siapa Tuhan Yesus itu. Mereka ingin mengenal Tuhan Allah lebih baik lagi. Dan mereka memohon kepada rasul Paulus, Apolos, Timotius untuk mengajar mereka tentang Injil.

Pengenalan jemaat Efesus yang mendalam tentang Tuhan Allah dapat kita lihat dalam surat Paulus kepada Jemaat Efesus. Kalau kita membaca surat efesus, di situ ada suatu pemahaman yang mendalam. Betapa dalamnya jemaat Efesus mau mengenal Allah. Surat Efesus mencerminkan betapa jemaat Efesus rindu untuk mengenal Allah lebih dalam lagi.

Itulah sebabnya dalam Efesus 1:17; 3:18, Rasul Paulus berdoa kepada Allah memohon roh hikmat dan pengertian untuk jemaat Efesus sehingga mereka mengenal betapa dalam, lebar dan luas kasih Allah itu.

Bagaimana Jemaat Efesus dalam Perkembangan.
Jemaat Efesus merupakan jemaat pekerja keras, giat dalam pelayanan dan tahan dalam menghadapi ajaran sesat Nikolaus. Namun dibalik itu….
Mereka mengalami stagnasi pertumbuhan. Pertumbuhan iman mandeg. Kerohanian mereka jalan di tempat.
Jerih lelah dalam pelayanan, kesibukan bahkan dalam pekerjaan pelayanan telah menjadi satu penghambat yang serius. Tidak ada lagi waktu, tidak ada lagi kesempatan untuk menyelidiki dan membaca Firman Tuhan.

Kasih yang mula-mula adalah…
Kasih yang menimbulkan hasrat untuk selalu bersama, bersekutu, selalu ingi dekat dengan Tuhan.
Ketika Orang-orang Efesus bertobat dan mengalami kelahiran kembali, hal ini menimbulkan kerinduan yang mendalam untuk senantiasa bersekutu dengan Allah. Ketika mereka tahu bahwa Allah yang sekarang mereka sembah adalah Allah yang hidup, Allah yang mengasihi mereka dan bersama-sama dengan mereka maka mereka ingin dekat terus dengan Tuhan.

Kita lihat kebenaran poin 1 dan 2 di atas tadi.
Allah menghendaki kita melayani Dia. Allah mau kerajinan kita tidak kendor. Dan kiranya roh kita terus menyala-nyala bagi Dia.
Maria dan Martha adalah dua bersaudara yang sangat mengasihi Tuhan Yesus, dan mereka mau menyenangkan Tuhan. Ketika Yesus datang dan mengunjungi, Martha berpikir dan bertindak secara logika. Yesus dan murid-murid lelah dan haus dan mungkin lapar. Maka Martha sibuk menyediakan keperluan sehingga lupa akan Tuhan Yesus itu sendiri.
Apa kata Tuhan Yesus kepada Martha, “ Martha-martha, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara”.
Tetapi tentang Maria yang duduk dekat kakiNya, dikatakan bahwa Maria telah memilih bagian yang terbaik dan yang tidak dapat diambil darinya.
Bekerja itu baik dan perlu, melayani itu baik dan perlu. Bekerja dan melayani akan sangat berarti bila persekutuan kita dengan Tuhan itu akrab dan terpelihara. Adalah sangat berbahaya apabila pelayanan giat tetapi persekutuan pribadi dengan Tuhan renggang. Ok, salam heri

Kamis, 15 Mei 2008

PENDIDIKAN: Pahlawan dan Anak panah.

Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.
Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.
Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang
” (Masmur 127:3-5)

Pendidikan atau mendidik anak-anak sangat penting. Pendidikan merupakan bekal yang sangat berarti dan paling berharga. Sekalipun seseorang berlimpah harta bendanya dan kekayaan lainnya tetapi jika ia tidak berpendidikan maka ia tidak mampu untuk mengatur dan pada akhirnya keayaannya akan habis dengan sia-sia. Sebaliknya, seseorang yang berpendidikan akan mampu mencari dan menolong dirinya berdasarkan pengetahuan dan kecakapan yang dimilikinya.
Firman Tuhan tersebut di atas, memberikan pola bagaimana seharusnya orang tua mendidik anak-anaknya. Memang bahwa setiap orang tua mempunyai cara tersendiri dalam mendidik anak-anaknya. Namun demikian, Firman Tuhan tersebut memberikan pedoman dan prinsip yang kuat untuk dilihat oleh setiap orang Kristen.

Pertama: Setiap orang tua hendaknya menyadari bahwa anak adalah pemberian, anugerah Tuhan. Hal ini menyatakan sesungguhnya anak adalah milik Tuhan. Dengan demikian orang tua selaku yang diberi oleh Tuhan bertanggung jawab atas apa yang telah Tuhan berikan. Selanjutnya disebutkan bahwa ”anak adalah milik pusaka Tuhan”. Hal ini menunjukkan betapa berharganya anak di mata Tuhan, sehingga ia layak disebut suatu pusaka. Pusaka wajib untuk dijaga. Tuhan tidak asal memberi; anak pemberianNya adalah makhluk yang berharga. Oleh sebab itu, orang tua tidak boleh asal membesarkan anak, melainkan harus melakukannya dengan benar dan bertanggung jawab. Orang tua harus menjawab kepada Tuhan bagaimana ia membesarkan milik pusaka yang Tuhan berikan kepada mereka. Dengan cara pandang seperti ini maka orang tua akan memberikan pendidikan sebaik-baiknya dan dengan cara benar. Sebaliknya, dengan beranggapan bahwa anaknya adalah anak yang tidak berguna dan tidak berharga maka orang tua tersebut akan enggan dan merasa rugi telah memberikan pengajaran.

Kedua: ”Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan”. Setiap orang tua mempunyai rencana tersendiri bagi anak-anaknya. Dan juga, setiap anak mempunyai tujuan tersendiri bagi dirinya sendiri. Terlebih lagi Tuhan yang empunya ”pusaka – anak” tersebut, jelas mempunyai tujuan dan panggilan tersendiri atas anak/pusaka tersebut. Merupakan tanggung jawab orang tua dan anak tersebut untuk mencari hikmat Tuhan agar mengetahui sasaran hidup, panggilan hidup anaknya yang sebenarnya, lalu mengarahkan tepat ke sana. Orang tua dan anak tersebut harus percaya bahwa Tuhan mempunyai rancangan damai sejahtera dan masa depan yang penuh dengan harapan (Jermia 29:11). Orang tua mungkin berharap atau anaknya berharap akan menjadi orang sukses, tenar, kaya, atau memegang kedudukan penting dalam pemerintahan, menjadi dokter, atau konglomerat. Namun orang tua juga harus belajar menyampingkan semua harapan itu dan mencari tahu apa yang Tuhan kehendaki dari hidup anak itu, dan jikalau ternyata kehendak Tuhan tidak sama dengan harapannya, orang tua harus bersedia mengikuti kehendak Tuhan. Inilah yang terbaik.

Ketiga:Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan”. Prase ini mengatakan bahwa orang tua suatu saat harus melapaskan anaknya untuk mandiri. Orang tua harus berani melapaskan anaknya untuk mencari dan menjalani kehidupannya. Tidak selamanya anak berada ditangan orang tua. Dan sebelum hal ini terjadi, orang tua harus mempersiapkan anaknya sedini mungkin. Dengan atas nama sayang anak dan kasihan anak masih kecil, banyak orang tua tidak berani melepaskan anaknya untuk berbuat sesuatu sendirian. Saya ingat sekali apa yang saya lihat beberapa tahuan lalu ketika Tuhan ijinkan saya melayani di Mataram. Saya melihat ada dua anak sebaya (umur 8 tahun) akan menyeberang jalan. Seorang anak yang sudah terbiasa dibiarkan orang tuanya untuk menyeberang jalan, dengan langkah ringan dan percaya diri menyeberangi jalan yang tidak terlalu ramai itu. Tapi sebaliknya, seorang anak yang selalu ditemani susternya (penjaganya) dalam hal apa saja, merasa kebingungan dan kesulitan kemudian panggil-panggil susternya minta tolong dibantu seberangkan jalan.
Orang tua harus mempersiapkan anaknya untuk dilepaskan dan hidup mandiri. Ajarlah anak-anak saudara untuk mendiri, jangan manjakan dia.

Keempat: ”Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu”. Membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu, salah satu artinya adalah memberikan pendidikan, mendidik anak-anaknya. Mengisi anak-anaknya dengan pendidikan, mengajar anak-anak dengan nilai-nilai moral yang baik dan tentunya dengan nilai kristiani. Banyak orang tua yang lebih menekankan –disadari atau tidak- pada pendidikan intelek, anak-anak terus di ”isi” dengan les matematika, inggris, kimia, dll (tidak salah memberikan pendidikan intelek, itu harus). Namun jujur, apakah kita secara demikian memberikan pendidikan rohani kepada anak-anak kita? Kita harus memberikan pendidikan yang mempunyai nilai kekal. Kita harus memberikan pendidikan yang dapat menjadi pedoman dan penuntun dalam hidup anak-anak kita. Orang tua Kristen harus harus mendidik anak-anaknya dengan Firman Tuhan yang berguna untuk memperbaiki kesalahan, menyatakan kebenaran, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran.

Kelima: ”Berbahagialah orang...” Alkitab menyebutkan berbahagia orang yang telah mendidik anak-anak mereka didalam Tuhan. Mereka telah menjalankan kewajibanya dihadapan Tuhan. Tugas orang tua sekarang –yang telah mendidik anak-anak dalam Tuhan- adalah menyerahkan hal tersebut kapada Tuhan. Biarlah Tuhan, Roh Kudus yang akan bekerja di hati-anak-anak kita. Kita percaya akan Firman Tuhan dalam Amsal 22: 6 yang menyatakan bahwa apabila anak-anak kita didik sejak dini maka pada masa tuanya mereka tidak akan menyimpang dari apa yang kita ajarkan, amin.
Berbahagialah saudara yang telah membesarkan anak-anak di daam Tuhan. Saudara tidak akan dipermalukan, anak-anak tidak akam membuat malu saudara/orang tua karena anak-anak saudara telah diajar tentang kebenaran. Amsal 10:1; 19:13 mengatakan bahwa ada anak yang mendatangkan dukacita, ada anak yang membuat sedih orang tuanya. Mengapa ada anak yang demikian? Ini bukan kesalahan anak-anak semata-mata. Tetapi juga kesalahan orang tua yang tidak membesarkan, tidak mendidik anak-anak mereka sejak dini dan di dalam Tuhan. Anak-anak yang dididik dalam kebenaran akan memberikan rasa tenang bagi orang tuanya. GBU, Salam, heri

Selasa, 13 Mei 2008

PENDIDIKAN KARAKTER: suatu pemikiran


Pendidikan karakter pada masa sekarang ini sangatlah penting. Bukan hanya penting tetapi sangat mendesak. Hal tersebut dikarenakan kita menghadapi suatu kebutuhan akan karakter. Kebutuhan itu nyata karena masa sekarang ini kita menghadapi begitu banyak masalah dan tantangan di dalam rumah tangga, organisasi, di sekolah maupun dijalanan.

Satu contoh, anak-anak sekolah yang tawuran di jalanan atau di sekolahnya, misalnya. Para pelajar tersebut bukan tidak tahu aturan. Mereka bukan tidak tahu bahwa tawuran itu tidak baik. Mereka bukannya tidak tahu bahwa berkelahi itu buruk akibatnya. Mereka bukan tidak terdidik sebaliknya mereka anak-anak yang terdidik. Tetapi mengapa mereka tetap melakukan tawuran dan berkelahi? Di sinilah permasalahannya bahwa pendidikan yang diberikan tidak menyentuh wilayah karakter anak atau pendidikan karakter tidak mendapat penekanan dan prioritas, numpang lewat aja gitu..

Kalau gitu dimana permasalahan yang sebenarnya? Tidak peduli: tidak peduli dengan apa yang terjadi, tidak peduli dengan hasilnya, tidak peduli dengan apa yang kita lakukan, tidak peduli.. dan tidak peduli yang lainnya. Kemudian, tidak sungguh-sungguh: tidak sungguh-sungguh dengan apa yang dilakukan, yang penting selesai. Tidak sungguh-sungguh dengan hasil yang ingin dicapai, yang penting ada. Dan yang penting aku: ndak peduli orang lain, pokoknya aku, dan aku yang lainnya.

Jawaban masalah-masalah tersebut, kita cari tahu apa intinya. Peraturan dan hukum tidak akan banyak membantu mengatasi masalah. Eee.. bukan berarti hukum dan peraturan tidak penting, tetap penting dan perlu. Tapi coba lihat.. banyak orang tahu hukum dan peraturan tapi mereka justru yang mencari cela dan peluang untuk melanggarnya. Dengan berbagai alasan dan permainan kata mereka coba untuk melanggar hukum tersebut. Hukuman.. wow.. bukanya mereka tidak tahu akibat dari suatu perbuatan salah.. mereka tahu bahwa kalau berbuat salah/jahat pasti akan dihukum. Tapi banyak orang tidak takut dengan hukuman, buktinya .. lihat saja.. banyak orang terus..terus berbuat salah dan jahat..

Ini masalah K.A.R.A.K.T.E.R. dari seseorang.

Coba buktikan dan pikirkan:
Pertama: Kamu sedang makan gula-gula di stasiun kereka atau tempat umum lainnya. Di situ pasti ada tulisan: Jagalah kebersihan. Atau, Buanglah sampah pada tempatnya. Tapi karena karakter kamu tidak baik, tidak biasa hidup bersih maka kamu cuek bebek buang pembungkus gula-gula di lantai. Mungkin kamu pikir ndak ada yang lihat atau tempat sampahnya kejauhan tempatnya, malas jalan.
Kedua: Sama, kamu sedang makan gula-gula ditempat umum, di sana tidak ada tulisan yang mengatakan: Jagalah Kebersihan, atau, Buanglah sampah pada tempatnya. Dan kamu mungkin tidak melihat tempat/tong sampah. Tapi karena kamu sudah terbiasa hidup bersih dan mempunyai karakter yang baik, maka pembungkus gula-gulamu akan kamu masukkan ke tasmu atau kantong sakumu. Karena kamu pikir tidak boleh buang sampah sembarangan dan mau turut menjaga kebersihan, gitu khan.

Bagaimana.. betul kan masalah karakter..

Apa itu karakter? Karakter yang baik adalah motivasi dari dalam untuk melakukan apa yang baik, menurut standard tingkah laku tertinggi dalam situasi apapun juga. Karakter yang baik itu berasal dari hati nuranu untuk melakukan yang baik. Karakter baik itu tidak mengenal batas umur dan status sosial. Karakter yang baik itu melampaui agama, pendidikan dan jenis kelamin. Pendek kata siapa saja, kapan saja dan dimana saja.

Bagaimana pendidikan karakter dapat dilakukan. Pendidikan karakter itu harus disengaja, diprogramkan, direncanakan. Artinya bahwa dengan dan secara sadar mau melakukan pendidikan karakter tersebut. Tanpa kesadaran dan perencanaan maka pendidikan karakter tidak akan terlaksana dengan baik. Jangan pernah berharap bahwa pendidikan karakter akan berjalan dengan sendirinya dan akan datang sendiri, tidak. Disini memerlukan ketrampilan bagaimana pendidikan karakter itu dilaksanakan. Dan bahan, materi apa saja yang dibutuhkannya. Untuk hal tersebut banyak buku-buku tentang pendidikan karakter terjual. Melalui permainan-permainan karakter dapat dikembangkan dengan lebih efektif.
Selain itu karakter dibentuk ke dalam kehidupan seseorang dengan keputusan-keputusan yang dibuat secara rutin setiap hari. Melalui keputusan yang dibuat seseorang dapat mengembangkan dan membentuk karakternya. Melatih diri untuk membuat dan mengambil keputusan dan bertanggung jawab dengan keputusan tersebut. Melatih diri bukan hanya pada masa-masa sulit akan tetapi pada saat yang sepele dan sederhana seperti kasus di atas ketika kamu ada di stasiun atau tempat umum. Tidak mudah memang tapi bukan tidak bisa. Dengan kemauan dan tekad yang sungguh-sungguh karakter baik akan terbentuk.

Bagaimana, OK, salam heri.


Rabu, 30 April 2008

MENGASIHI dan MENGASIHI


MENGASIHI DAN MENGASIHI

Beberapa waktu ini kita disuguhkan dengan berita-berita yang sangat memilukan dan menyayat hati. Betapa tidak demikian, seorang anak manusia harus meninggal oleh karena kelaparan... ya meninggal dengan sangat mengenaskan karena kelaparan.

Pertanyaannya adalah haruskah ia mati kelaparan? Kejadian tersebut tidak seharusnya terjadi oleh karena ia adalah seorang anak mausia. Dan ia hidup ditengah-tengah lingkungan dimana disekitarnya ada tetangga-tetangga –manusia-manusia- yang memiliki hati dan perasaan. Melihat tetangganya yang menderita kelaparan, adakah perasaan kasihan, belas kasihan atau perasaan itu sudah hilang. Atau belas kasihan itu kalah dengan perasaan ”kepentingan sendiri” atau ”kepentingan keluarga” yang juga mempunyai kebutuhan dan keperluan? Dalam keadaan seperti itu, kita dituntut untuk boleh melihat kepada sesuatu tindakan yang lebih agung dan mulia, suatu tindakan yang berani yang melebihi kepentingan diri sendiri. Suatu tindakan untuk berani berbagi dan memberkati.

Mengapa ia harus mati kelaparan? Dan, dimanakah tetangga-tetangganya? Memang, kita sendiri –keluarga kita- masih banyak keperluan dengan keadaan yang pas-pasan. Dengan kondisi keluarga seperti itu tidak mungkin rasanya bisa menolong orang lain (tetangga lain) yang menderita kelaparan. Mengasihi tidak sekedar memberi beras, uang kepada yang menderita. Sekalipun kita sendiri tidak bisa membantu secara material –memberi beras atau uang- kita masih bisa melakukan bagi sesama kita tersebut. Dengan rasa belas kasihan yang masih ada dan kepedulian terhadap sesama, kita dapat mengumpulkan dan mengajak tatangga-tatangga yang lain untuk secara bersama-sama menolong tetangga kita yang menderita. Walaupun sedikit yang dapat diberikan tiap keluarga tetapi kalau kumpulan tetangga itu banyak maka setidaknya akan terkumpul cukup untuk mengatasi kelaparan sehari tersebut. Kesusahan dan kekuatairan sehari cukup untuk sehari itu dan esok mempunyai kesusahannya dan pemecahannya sendiri. Yang penting adalah bagaimana hari itu sesama kita itu dapat makan dan tidak mati kelaparan.

Selain itu, kita yang masih peduli dan mengasihi sesama dapat melakukan tindakan –dapat berbuat bagi sesama- yaitu mencarikan donatur atau dermawan lainnya. Kita dapat menceritakan keadaan tatangga kita itu kepada orang lain dan kiranya mereka yang mendengar kesaksian kita tergerak hatinya untuk dapat menolong. Kita tidak berharap muuk-muluk dengan menceritakan tentang sasama kita itu, setidaknya ada pertolongan untuk hari itu ia dapat makan dan minum.

Ada hal lain lagi yang bisa kita buat untuk menolong sesama kita. Seribu alasan untuk kita menghindar dari tanggung jawab kita tetapi seribu satu cara untuk kita dapat menunjukkan kasih dan kepedulian kita.

Tulisan ini merupakan satu keprihatinan dan satu niat baik untuk mengajak pembaca lebih peduli dan menyatakan rasa mengasihi kepada mereka yang memerlukan sehingga sesama kita itu juga dapat menikmati kepedulian dan rasa kasih kita.
Salam, heri

Senin, 14 April 2008

Mendidik Anak Sesuai Jamannya

Mendidik Anak Sesuai Jaman.
“Kalau bapak dulu sekolah tidak seperti kamu”,
“Dulu bapak sekolah tidak malas seperti kamu”,
“ Kalau bapak/ ibu dulu……”,.
Ya.. seperti itulah yang kita sering dengarkan orang tua berkata kepada anak-anaknya.
Maksudnya sangat baik. Mereka ingin seperti dirinya dulu yang dianggapnya lebih baik dari pada sekarang ini.

Tetapi disadari atau tidak bahwa cara seperti itu tidak dibenarkan. Karena -sangat jelas- keadaannya sangat berbeda. Orang tua dulu hanya mengenal radio dan tape recorder saja dan jika mungkin ada televisi itu sebatas hitam putih dan hanya TVRI. Anak-anak sekarang dibesarkan dijaman yang ”wah.. dan wow..” meskipun tidak semua anak-anak dapat menikmati apa yang ”wah.. dan wow..” itu.
Anak-anak terbiasa dengan komputer, dengan kemajuan teknologi dunia seolah tanpa batas, anak-anak dapat mengakses game secara on line dan tanpa batasan, dengan internet dunia anak-anak bukan lagi lokal akan tetapi sudag meng-global.
Generasi anak-anak sekarang hidup dilingkungan yang menjanjikan pemenuhan akan kebutuhan; hiburan, musik dan lainnya. Mereka akan dengan sangat cepat mendapatkan apa yang mereka perlukan. Bahkan anak-anak yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman akan dikatakan terbelakang dan ketinggalan jaman.
Anak-anak jaman sekarang sudah terbiasa dengan apa yag jaman dulu dilarang dan tabu. Anak-anak sekarang akrab dengan kekerasan, pornografi / seks, bahkan anak-anak sekolah dasar sudah mengenal obat-obatan terlarang.
Kemajuan jaman sekarang menyebabkan anak-anak mempunyai pola pikir dan prilaku yang berbeda dengan jaman orde orang tua. Pertanyaannya adalah bagaimana dan apa yang dapat dilakukan oleh orang tua sekarang ini.
Pertama, yang dapat dilakukan orang tua adalah mencintai anaknya apa adanya dia. Jangan pernah menolak anak dengan berbagai bentuk. Setiap anak adalah unik oleh sebab itu jangan pernah membandingkan anak satu dengan yang lain. Hal ini akan menimbulkan luka hati pada anak –yang keadaannya kurang baik dengan yang dibandingkan-.
Sediakan waktu dengan anak-anak –ini yang kedua-. Adalah sangat penting mengerjakan PR bersama dengan anak. Menemani dan nonton bersama anak. Bermain bersama dengan anak. Kegiatan-kegiatan itu sungguh sangat menyenangkan bagi anak, dan itu menunjukkan bahwa kita memperhatikan dan mengasihi mereka. Hal ini juga akan menolong orang tua untuk mengenal dan mengetahui kebutuhan anak lebih dekat lagi.
Kenali kecerdasan mereka. Sebelum memaksakan suatu kepandaian atau ketrampilan, ketahui dulu apa kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Para ahli mengatakan bahwa ada banyak kecerdasan yang dimiliki oleh anak selain kecerdasan intelektual (otak). Ada kecerdasan Liguistic, Musical, Mathematic atau Logical, Visual, Kinesthic atau Bodily, Interpersonal dan kecerdasan Intrapersonal. Mengetahui kecerdasan anak akan sangat menolong orang tua untuk membimbing anak.
Yang penting dari semuanya adalah pujian. Jangan pernah mengejek, menghina ataupun merendahkan anak, sekalipun anak tidak seperti yang diharapkan. Hinaan, ejekan dan cemoh akan mematahkan semangat dan menghancurkannya. Sebaliknya, pujian akan membangkitkan dan membangun semangat. Ok, heri.

Jumat, 04 April 2008

Jangan Putus Asa.

Lihatlah…..

Lihatlah sekeliling kita….
Kalau kita memikirkan keadaan kita sekarang ini…
Harga BBM yang terus naik....
Harga-harga bahan pokok juga ikut naik.....
Apa lagi untuk kebutuhan lainnya... juga ikut naik... ah..
Ongkos-ongkos tidak mau ketinggalan.....
Ongkos angkutan seperti gerbong ikut lokomotif...
Biaya sekolah... katanya penyesuaian.....

Lihatlah... keadaan kita...
Semua mendesak......
Biaya sekolah..kuliah segera dilunasi.....
Kontrak dan sewa rumah/kost... harus dibayarkan....
Bayi-bayi menangis haus susu....
Anak-anak yang menangis minta ini dan itu...
Hati terasa pilu dan sedih....meneteskan air mata...
Rasanya.. tidak dapat menanggung beban hidup...
Putus asa.... sepertinya jalan sudah buntu...
Tidak menemukan.. jalan keluarnya....

Lihatlah.......
Tidak ada seorang yang peduli dengan keadaan ini....
Juga tangisan dan jeritan... tiada yang dengar.....
Tiada tangan terulur mengapai kita.......

Lihat! Lihat!
Burung yang tidak menanam dan menabur
Bernyanyi riang setiap hari....
Bunga-bunga di padang yang tidak bekerja dan memintal
Bunganya terus semerbak dan indah......
Matahari yang tiada berhenti bersinar
Memberi kehangatan dan kekuatan.
Angin nan sejuk, embun nan segar...
Siapakah yang memelihara dan menopang itu?
Bukankah Tuhan Allah yang ada dibalik alam semesta ini.

Mengapa putus asa dan hilang harap!
Burung dan bunga, IA pelihara.
Ia memberikan matahari dan udara kepada setiap orang.
Ia sangat bermurah hati.
Ia mengasihi ciptaan-Nya.
Berharaplah kepada DIA dan bersandarlah pada-Nya,
Jangan tunggu.. datang kepad-Nya sekarang.